Dalam masalah muamalah, selama tidak ada larangan dalam syariat,
semuanya baik. Termasuk penentuan tanggal pernikahan atau tanggal
hajatan lainnya. Bahkan kita tidak dibolehkan menghukumi ada hari sial
atau tanggal sial, kecuali dengan dalil. Dan kami tidak menjumpai ada
satu dalil yang menyebutkan tentang hari sial atau tanggal sial, yang
selayaknya hidindari ketika hendak melakukan hajatan.
Berkeyakinan Sial, Termasuk Syirik
Dalam kajian masalah aqidah, berkeyakinan sial karena melihat
peristiwa tertentu atau terhadap hari tertentu disebut thiyarah atau
tathayur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut perbuatan
ini sebagai kesyirikan, sebagaimana disebutkan dalam hadis dari sahabat
Ibn Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثَلَاثًا
“Thiyarah itu syirik…, Thiyarah itu syirik…, (diulang 3 kali)” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, dan yang lainnya. Syuaib Al-Arnauth mengatakan, Sanadnya shahih).
Contoh thiyaroh yang banyak tersebar di indonesia adalah keyakinan
sial yang dialami masyarakat jogja dan sekitarnya terhadap bulan suro
(bulan Muharam). Pantangan bagi mereka untuk melakukan hajatan apapun di
bulan ini. Karena menurut mereka, ulan suro ulan ciloko (
bulan Muharam adalah bulan ancaman bencana).
Melawan Thiyaroh
Sejatinya keyakinan ini sama persis dengan keyakinan masyarakat
jahiliyah masa silam. Hanya saja bulannya berbeda. Bagi masyarakat masa
silam,
bulan syawal adalah bulan pantangan untuk menikah. Untuk melawan keyakinan ini, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menikahi sebagian istrinya di bulan syawal. Beliau ingin buktikan bahwa
pernikahan bulan syawal tidak memberi dampak buruk apapun bagi
keluarga. Hal ini sebagaimana yang dikisahkan oleh Aisyah
radhiallahu ‘anha;
تزوجني رسول الله صلى الله عليه و سلم في شوال وبنى بي في
شوال فأي نساء رسول الله صلى الله عليه و سلم كان أحظى عنده منى ؟ قال
وكانت عائشة تستحب أن تدخل نساءها في شوال
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku di
bulan Syawal, dan mengadakan malam pertama denganku di bulan Syawal.
Manakah istri beliau yang lebih mendapatkan perhatian beliau selain
aku?” Salah seorang perawi mengatakan, “Aisyah menyukai jika suami
melakukan malam pertama di bulan Syawal.” (HR. Muslim, An-Nasa’i, dan
yang lain)
Berdasarkan hadis ini, sebagian ulama menganjurkan agar menikah atau
melakukan malam pertama di bulan Syawal. Sementara ulama lainnya
mengatakan, semacam ini dikembalikan pada tujuan dakwah. A’isyah
menyatakan demikian sebagai bentuk tantangan kepada keyakinan masyarakat
jahiliyah bahwa nikah di bulan syawal tidak akan bahagia dan beakhir
dengan perceraian. Namun A’isyah meyakinkan, dirinya wanita paling
bahagia, padahal beliau menikah dengan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan syawal.
Imam Nawawi mengatakan,
وقصدت عائشة بهذا الكلام رد ما كانت الجاهلية عليه وما
يتخيله بعض العوام اليوم من كراهة التزوج والتزويج والدخول في شوال وهذا
باطل لا أصل له وهو من آثار الجاهلية كانوا يتطيرون بذلك
“Tujuan Aisyah mengatakan demikian adalah sebagai bantahan terhadap
keyakinan jahiliah dan khurafat yang beredar di kalangan masyarakat awam
pada waktu itu, bahwa dimakruhkan menikah atau melakukan malam pertama
di bulan Syawal. Ini adalah keyakinan yang salah, yang tidak memiliki
landasan. Bahkan, keyakinan ini merupakan peninggalan masyarkat jahiliah
yang meyakini adanya kesialan menikah di bulan Syawal.” (Syarh Shahih
Muslim, 9/209).
Hati-Hati dengan Pitungan dan Weton
Satu tradisi lain di jawa, pitungan. Sebagian orang diyakini memiliki
kemampuan bisa menghitung dan memaknai tanggal, bulan, weton, dst.
Sejatinya tidak ada ilmu baku dalam hal ini, selain gothak – gathik –
gathuk (cok gali cok, digali-gali cocok). Dengan ilmu ini, Ki pitungan
(tukang menghitung tanggal) akan menentukan mana hari baik, mana hari
kurang baik, mana hari buruk, dan mana hari yang paling berbahaya.
100% metode semacam ini adalah ramalan. Karena nasib dan takdir
seseorang sama sekali tidak ada hubungannya dengan tanggal lahir, weton,
tanggal nikah, bulan jodoh, dst.
Jangan sekali-kali mendekati, apalagi meyakini, karena Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman, shalatnya tidak diterima. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Siapa yang mendatangi peramal, kemudian bertanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak akan diterima selama 40 hari. (HR. Ahmad, Muslim)
Semua Tanggal Baik
Bersikaplah optimis, semua tanggal pernikahan adalah baik. Tawakkal
kepada Allah, dan memohon semoga Allah memberkahi pernikahan anda dan
keluarga anda. Selanjutnya jadikan keluarga anda: suami – istri yang
bisa bekerja sama untuk membangun taqwa kepada Allah, bekerja sama
melakukan ketaatan. Semoga perjumpaan pasangan muslim di dunia akan
berlanjut akan berlanjut di surga. Amiin.
Allahu a’lam